Banda Aceh– Badan Penjaminan Mutu (BPM) Universitas Muhammadiyah Aceh menggelar sosialisasi Implementasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Tambahan (IKT), serta penerapan Blended Learning. Kegiatan ini dihadiri oleh para Wakil Rektor, para Kepala Lembaga, para Dekan/Direktur PPs, para Wakil Dekan I/Sekretaris PPs, Kepala KUI dan Kerjasama, Ketua GJM UPPS, Kepala Biro Keuangan, serta para Ketua Program Studi (Ka. Prodi). Acara ini bertujuan untuk memberikan pemahaman menyeluruh mengenai pencapaian standar kinerja pendidikan tinggi serta penguatan metode pembelajaran berbasis teknologi.
Rektor, Dr. Aslam Nur, M.A., dalam sambutannya menyampaikan bahwa IKU dan IKT merupakan instrumen penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing perguruan tinggi. Ia menekankan pentingnya kerja sama seluruh elemen akademik dalam mencapai target yang telah ditetapkan. “Pencapaian IKU dan IKT bukan hanya menjadi tanggung jawab satu pihak, tetapi memerlukan sinergi antara dosen, tenaga kependidikan, dan pimpinan akademik agar dapat memberikan dampak nyata bagi institusi dan mahasiswa,” ujarnya.
Paparan mengenai IKU dan IKT disampaikan oleh Dr. Yuniarti, M.Pd., selaku Ketua BPM, serta Fani Sartika, S.E., M.M. Dalam pemaparannya, mereka menjelaskan bahwa IKU mencakup berbagai aspek strategis, seperti kualitas lulusan, kerja sama industri, penelitian dan pengabdian masyarakat, serta inovasi pembelajaran. Sementara itu, IKT mendukung pencapaian IKU dengan menambahkan indikator tambahan yang lebih spesifik, seperti peningkatan jumlah publikasi ilmiah dan kolaborasi akademik.
Selain membahas IKU dan IKT, sesi berikutnya membahas penerapan Blended Learning, yang dipaparkan oleh Maidar, S.E., M.Si. dan Fani Sartika, S.E., M.M. Blended Learning dianggap sebagai solusi inovatif dalam pembelajaran, karena menggabungkan metode tatap muka dan daring secara efektif. Model ini memungkinkan mahasiswa lebih fleksibel dalam mengakses materi, sementara dosen dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Melalui sesi diskusi, peserta mendapatkan wawasan mengenai tantangan dan strategi dalam penerapan Blended Learning, termasuk kesiapan infrastruktur, metode evaluasi, serta adaptasi mahasiswa terhadap sistem pembelajaran baru. Dengan adanya sosialisasi ini, diharapkan seluruh civitas akademika dapat memahami dan mengimplementasikan strategi terbaik dalam mencapai IKU dan IKT, serta meningkatkan kualitas pembelajaran dengan pendekatan Blended Learning.